TEMAN PERJALANAN - BAGIAN 2





Waktu berjalan begitu cepat dan gue baru sadar kalo gue bukan lagi bocah SMA, saat ibu domba merapihkan semua atribut sekolah dan nyuruh gue jadi orang, gue memutuskan pergi dari rumah, dibekali uang seadanya, gue mulai berpetualang di negeri orang bersama sahabat-sahabat gue.

Bersama rubah yang udah gue anggap kakak (berubah jadi rubah berbulu domba), kita meninggalkan kota kelahiran tercinta dengan bekal keyakinan bahwa mimpi benar-benar bisa diwujudkan, kita mulai pagi pertama dikota perantauan dengan perkenalan sebagai karyawan baru, diruangan itu juga gue kenal rusa (orang ini rada aneh, dia hanya diam sepanjang hari, menulis dan menggambar, ternyata dia adalah orang nomer satu disekolahnya) dan panda (sang periang yang selalu menjadi penghibur saat gue ga tau harus gimana lagi), mereka berdua adalah teman sekelas sejak SMA, sama seperti gue dan rubah. Di dunia kerja kita semuanya lancar seperti dipermudah segala sesuatunya, tapi cobaan hidup selalu menunggu didepan, saat itu panda memilih kuliah dan bekerja di purwakarta (saat ini panda telah sukses dengan usahanya dan dia salah satu motivasi buat gue, semangat terus ya panda). Sementara yang terjadi dikarawang, gue, rubah, rusa, musang (orang pertama yang tinggal dikarawang dari kawanan ini, kandangnya yang berukuran 2 x 2 meter, dia ikhlas menampung kita semua), kancil (adik kelas yang kita pungut dijalan karena dia begitu semangat mencari pekerjaan, sangat cerdas dan baik hati), keledai (seorang periang yang sangat bersemangat) dan beberapa yang lain. Tanpa disadari latar belakang kita semua hampir sama, yaitu bekerja untuk menjadi tulang punggung keluarga dan menggapai mimpi, mimpinya menjadi orang sukses, walaupun saat itu tidak ada yang tau apa itu sukses.

Sulitnya menjadi perantauan mulai kita rasakan, dari pekerjaan yang tidak diperpanjang kontak kerjanya, sampai kehabisan uang dan diusir dari kontrakan, tapi gue dan mereka tidak berhenti disitu dan putus asa, kita benar-benar saling mendorong dan menguatkan, kita harus berhasil dan harus, hari itu gue benar-benar mengukur panjangnya kota karawang dengan kedua kaki ini, makan satu potong pisang berdua dengan kancil (musang yang membawa, dia satu-satunya yang masih bekerja saat itu, tapi tabungannya entah kemana dan dia tidak membantu banyak). Meski begitu, setiap malam kita berkumpul dan berteriak, tertawa dan menari-nari, bagi gue, mereka adalah keluarga, mereka adalah diri gue yang lain, mereka benar-benar meredam kerasnya kota perantauan, sampai suatu hari hidup kita berangsur membaik, semua bekerja dan kita pindah kerumah yang besar, membangun rumah tangga yang begitu bahagia.

Gue, rubah dan rusa melanjutkan sekolah waktu itu, sementara kancil harus pindah ke kota bekasi karena pekerjaanya, keledai harus menghadap sang pencipta lebih dulu karena sakit, sementara musang masih bareng kita dan kegilaanya yang selalu menghabiskan gajinya dalam waktu seminggu, setiap hari kita menjalani hidup dengan bekerja dan kuliah, saling membantu dan mengisi, waktu itu gue anggap mereka bagian terbaik dari perjalanan hidup gue.

Dibangku kuliah, kita bertemu tiga wanita yang kurang cantik, mereka parkit, beo, dan jalak, entah kapan kita mulai dekat, tapi tanpa ada yang sadar kita membentuk geng, setiap hari kita berangkat dan pulang kuliah bareng, mereka juga bekerja dan menempuh hidup yang berat, setiap hari libur mereka datang kerumah untuk berkumpul, memasak, nonton, atau bergunjing, sampai mereka bertiga memperkuat pertahanan dan membuat hidup gue nyaman se-nyaman-nyamannya, sampai akhirnya kita lulus bersama kecuali musang (dia melanjutkan kuliah ditahun berikutnya setelah gue, tapi dia berhenti disemester 3 karena hidupnya labil), hari wisuda kita biasa saja, pemindahan tali topi dan berfoto keluarga, kita sama sekali tidak sempat foto bersama, dan beban hidup berkurang dengan berakhirnya tagihan biaya kuliah, parkit menikah dan berhenti berhubungan dengan geng, sementara beo dan jalak masih menjadi teman perjalanan gue.

Selain mereka, pada waktu yang sama ditempat gue bekerja dulu gue juga punya sahabat, mereka adalah semua partner kerja gue kecuali beberapa orang yang menyebalkan dan kurang cocok dengan gue, dimana-mana gue punya geng tak terkecuali ditempat kerja, selain membentuk tim dalam bekerja kita membentuk tim untuk sekedar teman minum kopi atau menghabiskan hari sebelum weekend tiba, sampai sekarang gue masih masih berhubungan sama mereka dan sebagian dari mereka masih bekerja ditempat itu, sebagiannya lagi memilih menjadi pengusaha.



Hidup itu tentang siapa yang datang menemui dan siapa yang lebih dulu meninggalkan, kepergian rubah membuat gue cukup kacau, karena dia adalah orang yang dari pertama menjadi teman perjalanan panjang gue, hidup gue masih berlanjut tanpa rubah, tak lama rusa pindah ke bekasi karena pekerjaan dia yang lebih baik ada disana, tinggal gue dan musang, kita sudah tak ada yang seatap, meskipun dalam sebulan kita sering menghabiskan akhir pekan atau liburan bersama, sampai hari itu tiba, musang pergi menghadap sang pencipta, orang yang selalu pesimis dan merasa paling tidak beruntung diantara kawanannya, orang yang paling tulus diantara yang lain, hari itu seperti episode terakhir dari kisah perjalanan hidup gue dan mereka semua, mereka yang menjadi sayap kanan dan kiri gue dan selalu membuat gue bisa terbang kemanapun, mereka yang menjadi obat saat gue sakit, dan mereka yang selalu menjadi penawar letih saat gue hampir menyerah dengan hidup, tanpa mereka hidup gue masih harus berlanjut.

Comments