Gunung
Gede terletak di kabupaten cianjur dan bersebelahan banget dengan gunung
pangrango yang masuk dalam satu lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP), setelah bulan oktober 2016 pernah menjajakan kaki di gunung pangrango,
giliran bulan november 2017 ke gunung gede, setelah melewati perdebatan yang
sengit dan panjang akhirnya diputuskan untuk mendaki ke gunung gede tanggal 04
– 05 november 2017 dengan personil saya sendiri (pendaki abal-abal yang selalu
kehabisan napas, kelelahan tapi semangat pantang menyerah), Tundo (teman yang
dikenalin teman dengan fisik paling oke dan jarang istirahat saat mendaki),
Iwan (dikenalin teman juga, sedikit kuat diatas saya tapi selalu menemani
istirahat dan ngobrol ngalor ngidul kalo mendaki, tapi semangat sampai summit),
Riscki (kenal pertama di pendakian gunung pangrango yang kalo capek ga keluar
suaranya cuma senyum tapi masih terus jalan pelan pelan dan sampai puncak), dan
Dewi yang dipanggil Iwed (teman komunitas perantauan yang ikut mendaki di
pangrango juga, pendakian pertamanya sukses, dia berhasil menyentuh bunga edelweis di lembah mandalawangi) tapi
cancel ke gede gara-gara urusan wanita yang tak bisa ditinggalkan, sangat
merepotkan, langsung saja begini kronologinya
dari kiri ke kanan (Tundo, Sadiah, Teh Yanti, Riscki, Saya, Iwan) |
(03/11)
Dengan komposisi 4 orang yang semua hampir amatiran kita niatkan dengan
Bismillah, jumat pagi kita packing manja dengan perlengkapan seperti biasanya,
tenda, sleeping bag, matras, jas hujan, dan segala rombongannya masuk ke keril,
janjian di terminal kampung rambutan jam 19.00 dengan riscki yang dari jakarta,
untuk menghindari kemacetan yang durjana ala ibukota, saya, tundo dan iwan
berangkat dari terminal cikarang jam 15.00 dengan naik bis agra mas jurusan
cikarang-kp.rambutan (9000/orang) dan benar saja, sampai terminal kampung
rambutan jam 20.00 ketemuan dengan riscki di warung soto dan langsung lanjut
naik bis ke cianjur (bis kecil) dan turun di alfamart cipanas jam 23.45 karena
macet lagi dan lagi (25000/orang), dari alfamart cipanas bisa dilanjutkan
dengan ojek ke basecamp gunung putri atau naik angkot (kita naik angkot) (20000-25000/orang).
(04/11)
jam 01.00 sampai di perkampungan dekat dengan basecamp gunung putri, kita
diberhentikan di rumah warga dan singgah untuk sekedar melepas lelah setelah
dihujani macet, disana banyak rumah-rumah warga yang bersedia menampung kita
yang kemalaman atau sekedar butuh istirahat, dan biasanya sekalian ada warung
dan toiletnya, sungguh dimanjakan, sampai jam 05.00 dengan keadaan dingin dan malas
bangun kita memaksakan kehendak untuk memulai hari ini dengan senyuman dan
semangat yang terbata bata, setelah mandi dan packing ulang kita bergegas ke
basecamp.
(04/11)
masih di waktu yang sama, perjalanan kita mulai dari bascamp gunung putri
dengan melapor bagian simaksi (kalo mau mendaki ke gunung gede-pangrango
silahkan mendaftar simaksi melalui online di http://booking.gedepangrango.org/ silahkan cek sendiri jangan manja), disana kita
bertemu dengan pak ade dan tim yang mengecek
semua perlengkapan kami (odol, shampo, tissue basah bakalan disita kalo
bawa), setelah selesai pak ade menemui kami, ternyata beliau membawa dua orang
wanita berkeril dan meminta bergabung dengan rombongan kami yang kebetulan
komposisi perempuan baru satu, setelah voting dan mendapat 4 yess dari kita,
akhirnya kita gabung dan perkenalkan teh Yanti (seorang relawan di bahrain
(negara arab, maaf kalo salah) yang sudah 4 tahun disana dan relawan PMI yang
bolak balik naik turun gunung gede) dan sadia (anak SMA yang masih lugu dan
pendiam adalah adik kandung dari teh yanti) perjalanan mereka kali ini adalah
salah satu tugas teh yanti, yaitu mengenalkan keluarga kepada alam, sejak saat
itu kami terutama saya langsung minder dan berdebar-debar.
(04/11)
dari basecamp perjalanan diawali dengan perkebunan warga sangat indah dan alami
sejuk dan asri membahana sampai pos bayangan tanah merah, setelah itu kita akan
dihajar trek bermedankan akar pohon dan tanah sampai POS 1 (Legok Lenca),
sepanjang jalan kami mendapat cerita dari teh yanti tentang pengalamannya
sebagai relawan, yang pernah melihat langsung orang tertembak, melihat orang
berdarah-darah dan kejadian miris lainnya, dan beberapa kali kami hampir
tertinggal dan saya selalu berusaha mengejar, sampai POS 1, kita beristirahat
dan masih ada warung es dan gorengan, setiap berhenti istirahat kita selalu
mendapat cerita seru dari teh yanti, tentang ilmu alam atau sebagainya,
perjalanan dari POS 1 ke POS 2 semakin berat, medan semakin miring dan akarnya
berjarak rada jauh-jauhan, dengan pendakian terbata-bata teh yanti yang
kerilnya lebih besar dari saya terus bercerita pengalamannya, dan karena dia
sudah 4 kali melalui jalur ini dia hafal sekali treknya. Sampai di POS 2 (Pos
Baru) selain teh yanti dan adiknya hujan deras pun turut menemani pendakian
ini, kami melanjutkan perjalanan dengan semakin tertatih karena trek semakin
menjadi jadi, sampai akhirnya sampai di POS 5 (Simpang Maleber) dan hujan reda,
bener bener kaya nyanyi habis gelap terbitlah terang, kami beristirahat
diantara cahaya cahaya matahari yang menyelinap di celah ranting untuk
mengeringkan diri, di pos ini kita bisa jajan es dan gorengan lagi (FYI dari
POS 2 ke POS 3 dan POS 4 trek masih sama terus miring dan miring tanpa bonus),
kata teh yanti setelah ini tanjakan paling terjal dan tanjakan terakhir, saya
langsung bergegas dan meninggalkan rombongan, dan ternyata perkataanya benar, jam
14.00 saya sampai yang pertama di alun-alun surya kencana dan “ahhhhh...indaaaahnyaaaaaa”
dalam hati ku berkata, sebari menunggu rombongan saya mengeringkan diri dan
memanjakan mata, tak lama mereka datang kita berlarian kesana kemari dan
berfoto ria sambil menengok ke kanan dan ke kiri memilih posisi yang tepat
untuk rumah kita malam ini, dari usulan teh yanti akhirnya kita camp ceria di
dekat sumber mata air dan dekat dengan jalan arah summit (posisinya sebelah
barat alun-alun surya kencana, ada petunjuk arah untuk ke cibodas dan gunung
pangrango), akhirnya tenda kami berdiri dan kabut mulai merabunkan pandangan,
setelah selesai makan kami masuk ke tenda dan terlelap (sesekali terbangun
untuk melihat suasana dan kondisi alam, dan lumayan merinding karena menurut
cerita yang beredar di alun-alun surya kencana banyak kejadian kejadian
janggal).
(05/11)
jam 05.00 satu persatu dari kami bangun dan mulai memecah keheningan, karena
tetangga pun begitu, saat melihat keluar kabut masih sangat tebal dan
menimbulkan keraguan yang berarti untuk summit, akhirnya kami melakukan
aktifitas pagi sebari menunggu kabut sirna, sarapan, buang air (jangan
sembarangan) sampai sekitar jam 06.30 cuaca cerah dan kabut berarak pergi kami
bersiap summit ke puncak gede, teh yanti memilih tinggal di tenda karena dia
sudah bosan, jalur untuk summit lumayan sudah oke karena batu bersusun rapi
yang diiringi pohon pohon teduh dan sejuk, perjalanan sekitar 30-60 menit untuk
sampai puncak gede, sesampainya di puncak, ahhhhhhh rasa bahagia tak terbendung
kan, 30 menit untuk berfoto dan sekedar menengok sekeliling lalu kami kembali
ke tenda dan didepan tenda sudah tersedia nasi beserta rombongannya yang siap
untuk dijamu, saat itu matahari benar-benar bersahabat, kami sarapan dan mengeringkan
beberapa perlengkapan yang masih basah, kemudian bergegas untuk turun karena
takut hujan tiba-tiba mampir. Perjalanan turun lebih cepat daripada saat naik,
dan sampai di basecamp kami berpisah dengan teh yanti dan adiknya sadiah, mereka
masih akan pindah ke cibodas untuk rangkaian acara selanjutnya dan kami
bergegas menuju terminal cipanas untuk kembali ke habitat.
Sekian cerita dari perjalanan saya kali ini yang begitu indah karena selalu bertemu dengan orang-orang yang hebat, dan ingat ya pergi ke gunung hanya untuk menikmati bukan untuk merusak.
SEKIAN
Comments
Post a Comment